Umat Islam adalah umat ilmu pengetahuan. Sejak pertama diturunkan, Islam sangat menekankan pentingnya pengetahuan. Bahkan, wahyu yang pertama kali diturunkan oleh Allah SWT kepada umat ini adalah perintah untuk menggali ilmu pengetahuan “Bacalah!”.
Ironisnya, umat Islam saat ini justru sangat tertinggal oleh umat atau bangsa lain dalam hal ilmu pengetahuan. Sebagai contoh, sejak 100 tahun lalu, tidak ada muslim yang menerima hadiah Nobel kecuali dua orang: seorang ilmuwan Pakistan dan Dr. Ahmad Zuweil (sekarang ditambah dengan Muhamad Yunus Bangladesh, itupun nobel di bidang perdamaian dengan konsep Grameen Bank yang justru kontra-produktif dengan ajaran Islam karena masih memberlakukan riba). Pemenang hadiah Nobel saat ini, mayoritas didominasi oleh Barat seperti Amerika dan Inggris.
Mayoritas umat Islam di dunia menjadi bangsa yang terbelakang. Di Arab, negeri di mana Islam diturunkan, angka buta hurufnya mencapai 60%. Di Indonesia sendiri, jumlah penduduk yang buta huruf kemungkinan jauh lebih tinggi, yang dicerminkan oleh tingginya angka kemiskinan dan rendahnya human development index (HDI). Tak diragukan lagi, bahwa permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam dunia pada umumnya dan umat Islam Indonesia khususnya disebabkan karena lunturnya citra umat Islam sebagai ‘umat ilmu pengetahuan’.
Kedudukan Ilmu Pengetahuan dalam Islam
Dalam Islam, ilmu pengetahuan memiliki kedudukan yang sangat istimewa. Di dalam sebuah hadits, bahkan disebutkan bahwa orang yang berilmu, jauh lebih mulia dibandingkan dengan dengan ahli ibadah. Rasulullah SAW bersabda: “Keutamaan ahli ilmu atas ahli ibadah, laksana keutamaan bulan atas seluruh bintang.” Di dalam Alquran, kata ‘alim (mengetahui) disebut sebanyak 224 kali, dan kata ‘ilm (ilmu) sebanyak 375 kali.
Menuntut ilmu adalah perintah pertama sekaligus sepanjang hayat
Allah SWT berfirman: “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan.” (QS. Al-alaq: 1). Dalam sebuah hadits dikatakan, “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat.” Dan dalam riwayat dikatakan, “Carilah ilmu, walau ke negeri China.”
Menuntut ilmu merupakan kewajiban dan kehormatan seorang muslim
Nabi SAW bersabda: “Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Bukhari). Di dalam Alqur’an, Allah mengutamakan orang yang berilmu, “Katakanlah: ‘Apakah sama antara orang-orang yang mengetahui dan yang tidak mengetahui? Hanya orang yang memiliki pemahaman yang menerima ampunan.” (QS. Az-zumar: 9)
Ahli ilmu lebih utama dibandingkan dengan ahli ibadah
Rasulullah SAW bersabda, “Keutamaan ahli ilmu atas ahli ibadah, laksana keutamaan bulan atas seluruh bintang.” (HR. Abu Daud: 364, Tirmidzi: 2682, dan Ibn Majah: 223). Dalam hadits lain disebutkan, “Barang siapa pergi untuk menuntut ilmu, ia berada di jalan Allah sampai kembali.” (HR. Tirmidzi: 2647)
Ilmu pengetahuan adalah sarana mencapai kebaikan dunia dan akhirat
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa, “Barang siapa ingin mendapatkan dunia, carilah ilmu. Barang siapa ingin mendapatkan akhirat, carilah ilmu pengetahuan. Barangsiapa menginginkan keduanya, carilah ilmu pengetahuan.” (belum saya temukan referensinya)
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa meniti jalan menuntut ilmu, Allah mudahkan jalan baginya menuju syurga.” (HR. Muslim: 6794, Tirmidzi: 2646)
Menuntut ilmu adalah sifat para nabi
Allah SWT berfirman tentang Nabi Musa as., “Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu pengetahuan.” (QS. Al-qashash: 14). Dalam ayat lain disebutkan, “Kami anugerahkan kepada Daud dan Sulaiman ilmu pengetahuan.” (QS. An-naml: 15). Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi melainkan ia memiliki keahlian.”
Penyebab Kemunduran Umat Islam dalam Ilmu Pengetahuan
Menurut Dr. Amr Khaled, penyebab kemunduran umat Islam dalam ilmu pengetahuan adalah sbb:
Pertama, umat Islam tak lagi menghormati ilmu pengetahuan. Sebagai contoh, kita mengimpornya dari Barat dan merasa cukup dengan apa yang kita impor tersebut. Padahal, bangsa Barat pun tadinya mengambil (jika tidak dikatakan mencuri) dari umat Islam.
Kedua, ilmu pengetahuan hanya berupa selembar ijasah, bukan segudang manfaat untuk umat. Kondisi ini berbeda dengan umat bangsa lain, misalnya Jepang.
Ketiga, umat Islam tidak mempelajari dan mendalami apa yang sangat disukainya. Maksudnya, umat Islam tidak membuat perencanaan dan pelaksanaan yang baik terhadap program penulusuran bakat dan potensi.
Keempat, pemahaman yang keliru tentang Islam. Sebagian orang Islam menganggap bahwa Islam hanyalah aspek ruhiyah atau ibadah. Akhirnya, mereka hanya menjadi orang yang taat ibadah, akan tetapi lemah dalam hal ilmu pengetahuan. Padahal, Umar pernah melempar kerikil pemuda yang banyak menghabiskan waktunya hanya untuk ibadah di mesjid.
Kelima, umat Islam tak lagi gemar membaca. Padahal, membaca adalah perintah pertama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada umat Islam melalui Nabi Muhammada SAW. Bacaan pun bisa diakses dengan mudah, baik melalui buku maupun internet. Di negara lain, jika kita berada di tempat-tempat umum, hanya sebagian kecil yang duduk tanpa membaca buku.
Tuntutan Islam dalam Menuntut Ilmu
Menurut Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi dalam buku Be Smart Muslim, hal yang pertama dilakukan oleh seorang muslim adalah membaca Alquran dengan baik dan memahami maknanya. Setelah itu, hadits, sirah Nabawiyah, dan figur-figur utama dalam sejarah Islam; ilmu-ilmu fikih yang utama agar ibadahnya benar (bagi yang tidak mendalami syariah).
Selain itu, Islam memberikan tuntutan dalam menuntut ilmu. Pertama, menjadi mahir dalam bidangnya, tidak boleh setengah-setengah baik dalam ilmu syariah, maupun ilmu umum lainnya seperti ekonomi, matematika dan fisika.
Kedua, bersikap terbuka terhadap informasi di bidang-bidang lain (up to date). Dengan demikian, seorang muslim merupakan pribadi yang mengetahui banyak hal dan memiliki wawasan yang luas.
Ketiga, menguasai bahasa asing. Dalam kaitannya sebagai seorang muslim, penguasaan Bahasa Arab merupakan sebuah keharusan disamping menguasai bahasa asing yang lain.
Referensi:
Dr. Amr Khaled (2010), Akhlâq Al-Mu’min (Buku Pintar Akhlak: Memandu Anda Berkepribadian Muslim dengan Lebih Asyik, Lebih Otentik), Penerbit Zaman Jakarta.
Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi, Be Smart Muslim: Menjalani Hidup dengan Cahaya Al-Qur’an, Penerbit Ummah Publishing Tangerang.
sumber : http://untungkasirin.wordpress.com
Islam, Science and Technology
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar